Jalan Pintas Menuju Kematian
Di satu waktu bukan malam Jum'at, seseorang berbisik pelan bersama dengan nafasnya yang tertinggal. Berkata dengan lantang perihal jatuh cinta, seakan ia adalah seorang pujangga yang paling ulung.
Dengan air liur yang menumpuk di kedua sudut bibirnya. Ia berkata bahwa jatuh cinta adalah sebuah jalan pintas menuju kematian yang romantis. Ia berani bertaruh atas nama Siti yang telah mendahuluinya bertemu Tuhan dan menertawakan nasibnya dari atas bukit pesakitan.
Namun sangat disayangkan, tidak ada angka yang dapat mengukur kedalaman ucapannya. Katanya pula, aku dapat memilih dengan semauku alat perang menuju kematianku. "Kau dapat menggunakan racun atau mulutmu sebagai penggganti belati, kau dapat mengiris nadi kananmu atau dada kiri kekasihmu."
Sebuah tawaran yang ganjil dan menarik. Mungkin Sabtu ini aku harus segera bergegas menyiapkan puisi untuk menggantikan bunga diatas tanah kuburku.
Pujangga ulung, mari kita pulang.
Komentar
Posting Komentar